
Gunung Bromo, dengan lanskapnya yang memukau dan kawahnya yang berasap, bukan hanya sekadar gunung berapi aktif. Lebih dari itu, Bromo adalah jantung dari berbagai mitos dan legenda yang telah diwariskan turun temurun oleh masyarakat Tengger.
Salah satu legenda yang paling terkenal adalah kisah tentang pengorbanan Pangeran Kusuma. Diceritakan bahwa sepasang suami istri yang sudah tua dan belum dikaruniai anak, memohon kepada para dewa. Doa mereka dikabulkan dengan syarat anak bungsu mereka, Kusuma, harus dikorbankan ke kawah Bromo sebagai persembahan. Meskipun berat hati, mereka memenuhi janji tersebut demi kesejahteraan masyarakat Tengger. Dari sinilah tradisi Yadnya Kasada atau Larung Sesaji lahir, di mana masyarakat melempar hasil bumi dan ternak ke kawah sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada para dewa dan arwah leluhur.
Selain kisah Kusuma, ada pula mitos tentang kekuatan gaib yang mendiami Gunung Bromo. Banyak yang percaya bahwa gunung ini dijaga oleh roh-roh leluhur dan makhluk-makhluk halus. Oleh karena itu, wisatawan dan pendaki seringkali diingatkan untuk menjaga sopan santun dan menghormati tradisi setempat agar tidak mengganggu ketenangan para penghuni gaib.
Mitos dan legenda ini bukan hanya cerita pengantar tidur, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Tengger. Mereka memberikan makna mendalam pada setiap ritual dan tradisi yang dilakukan, serta membentuk pandangan mereka tentang dunia dan alam semesta. Mengunjungi Bromo bukan hanya sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga menyelami kekayaan budaya dan spiritual yang tersembunyi di baliknya.
Social Header