Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat adanya penurunan angka jemaah haji asal Indonesia yang wafat selama penyelenggaraan Haji 2025. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) hingga 10 Juli 2025 pukul 16.00 waktu Arab Saudi (WAS), tercatat sebanyak 446 jemaah wafat selama pelaksanaan ibadah haji.
Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Haji 2024, di mana total jemaah wafat mencapai 461 orang.
"Tahun ini, data Siskohatkes per tanggal 10 Juli 2025, cut-off pukul 16.00 WAS terdapat 446 jemaah haji yang wafat," ujar dr. Mohammad Imran, Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
"Menurun dari tahun 2024 dengan sejumlah 461 orang jemaah yang meninggal dunia," tambahnya dikutip dari rilis resmi Kemenkes, Minggu, 13 Juli 2025.
Dengan berakhirnya operasional penyelenggaraan haji melalui kepulangan kloter KJT 28 pada 10 Juli 2025, maka seluruh layanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi juga resmi berhenti beroperasi. Selama masa pelayanan, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Madinah telah merawat 241 jemaah baik melalui rawat inap maupun rawat jalan.
Tantangan dari Kebijakan Baru Arab Saudi
Pihak Kemenkes mengungkapkan bahwa dalam operasional tahun ini, tim medis Indonesia menghadapi sejumlah kendala. Salah satunya adalah penyesuaian terhadap kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, yang membuat izin operasional KKHI terbatas hanya pada layanan rawat jalan.
"Beradaptasi dengan kebijakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi dengan informasi yang kurang jelas dari awal, di sini kita terkendala dalam bertugas," ungkap dr. Imran.
Tak hanya itu, jumlah klinik sektor juga dibatasi oleh otoritas Arab Saudi, dan tim medis Indonesia beberapa kali mendapatkan inspeksi dari pihak keamanan setempat.
1.710 Jemaah Dirawat di RS Arab Saudi
Selama kurang lebih 70 hari operasional haji, total 1.710 jemaah Indonesia dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Diagnosis medis terbanyak mencakup pneumonia, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Sementara itu, dari sisi layanan kefarmasian, Kemenkes mencatat total 12.396 layanan telah diberikan kepada jemaah. Obat paling banyak dikonsumsi adalah tablet flu batuk kombinasi, menandakan tingginya kasus penyakit pernapasan ringan hingga berat selama haji.
Meskipun menghadapi keterbatasan, Kemenkes menyebut keberhasilan tahun ini sebagai pencapaian karena tetap dapat menurunkan angka kematian jemaah. Pemerintah Indonesia melalui tim kesehatan haji berkomitmen terus meningkatkan kesiapsiagaan dan adaptasi terhadap kebijakan Arab Saudi di tahun-tahun mendatang.
Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Haji 2024, di mana total jemaah wafat mencapai 461 orang.
"Tahun ini, data Siskohatkes per tanggal 10 Juli 2025, cut-off pukul 16.00 WAS terdapat 446 jemaah haji yang wafat," ujar dr. Mohammad Imran, Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
"Menurun dari tahun 2024 dengan sejumlah 461 orang jemaah yang meninggal dunia," tambahnya dikutip dari rilis resmi Kemenkes, Minggu, 13 Juli 2025.
Dengan berakhirnya operasional penyelenggaraan haji melalui kepulangan kloter KJT 28 pada 10 Juli 2025, maka seluruh layanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi juga resmi berhenti beroperasi. Selama masa pelayanan, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Madinah telah merawat 241 jemaah baik melalui rawat inap maupun rawat jalan.
Tantangan dari Kebijakan Baru Arab Saudi
Pihak Kemenkes mengungkapkan bahwa dalam operasional tahun ini, tim medis Indonesia menghadapi sejumlah kendala. Salah satunya adalah penyesuaian terhadap kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, yang membuat izin operasional KKHI terbatas hanya pada layanan rawat jalan.
"Beradaptasi dengan kebijakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi dengan informasi yang kurang jelas dari awal, di sini kita terkendala dalam bertugas," ungkap dr. Imran.
Tak hanya itu, jumlah klinik sektor juga dibatasi oleh otoritas Arab Saudi, dan tim medis Indonesia beberapa kali mendapatkan inspeksi dari pihak keamanan setempat.
1.710 Jemaah Dirawat di RS Arab Saudi
Selama kurang lebih 70 hari operasional haji, total 1.710 jemaah Indonesia dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Diagnosis medis terbanyak mencakup pneumonia, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Sementara itu, dari sisi layanan kefarmasian, Kemenkes mencatat total 12.396 layanan telah diberikan kepada jemaah. Obat paling banyak dikonsumsi adalah tablet flu batuk kombinasi, menandakan tingginya kasus penyakit pernapasan ringan hingga berat selama haji.
Meskipun menghadapi keterbatasan, Kemenkes menyebut keberhasilan tahun ini sebagai pencapaian karena tetap dapat menurunkan angka kematian jemaah. Pemerintah Indonesia melalui tim kesehatan haji berkomitmen terus meningkatkan kesiapsiagaan dan adaptasi terhadap kebijakan Arab Saudi di tahun-tahun mendatang.
Social Header