Breaking News

Ahmad Dhani Bongkar Kondisi Anak Usai Dibully Netizen, Psikolog Ungkap Dampak Emosional pada Remaja

Perbincangan publik terkait dugaan kasus perundungan yang menimpa SA, putri musisi Ahmad Dhani dan Mulan Jameela, masih menjadi sorotan di media sosial. Diketahui, Ahmad Dhani telah secara resmi melaporkan kasus tersebut ke Polda Metro Jaya pada 10 Juli 2025.

Dalam acara QNA yang tayang di Metro TV pada Minggu, 13 Juli 2025, Dhani mengungkap kondisi emosional sang anak setelah menjadi korban perundungan di media sosial. Menurutnya, SA yang kini berusia 14 tahun terlihat murung dan jauh lebih pendiam dari biasanya.

"(SA) Sampai sekarang masih murung," ujar Dhani.

Ia menambahkan, bahkan para sopir yang biasa mengantar jemput SA menyadari perubahan drastis tersebut. "Biasanya (SA) suka ngobrol, tapi sekarang lebih banyak diam, tidak banyak bicara," imbuhnya.

Menanggapi hal ini, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Sani Budiantini, menjelaskan bahwa reaksi murung pada anak seperti SA adalah hal yang umum terjadi akibat tekanan psikologis dari perundungan, terutama di media sosial.

"Secara umum, anak yang mengalami tekanan karena bullying pasti menunjukkan reaksi dari perilaku emosi," jelas Sani.

Ia menjelaskan bahwa dampak perundungan bisa memengaruhi interaksi sosial hingga prestasi akademik. "Entah itu murung, sedih, interaksi sosial juga jadi terhambat. Kadang-kadang ada anak yang tidak mau ke luar kamar, dan kemudian akhirnya terganggu akademisnya, itu kelihatan sekali," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ahmad Dhani juga menyampaikan pendekatannya sebagai orang tua. Ia mengaku belum secara langsung membicarakan mengenai konteks perundungan di dunia maya kepada SA, namun berencana menjelaskan pada waktu yang tepat.

"Dia (SA) sekarang sudah 14 tahun, diajak ngomong secara dewasa sudah bisa," ucapnya.

Dhani juga mengkritisi literasi netizen Indonesia yang menurutnya belum sepenuhnya mampu membedakan antara fakta dan hoaks di ruang digital.

"Saya akan mencari waktu yang tepat untuk berbicara bahwa keadaan netizen Indonesia itu memang tidak seluruhnya berpendidikan," jelasnya.

"Tidak semuanya punya literasi yang cukup untuk mengomentari banyak hal. Juga tidak seluruhnya punya IQ yang baik untuk melihat ini hoax, ini fitnah, atau ini ghibah," tambah Dhani.

Kasus ini menjadi pengingat serius bahwa dampak perundungan digital dapat melukai mental remaja, sehingga memerlukan perhatian lebih dari semua pihak – keluarga, masyarakat, hingga aparat penegak hukum.

(red)

© Copyright 2022 - Portal Berita Jakarta